Hello !!! Welcome to my blog. I hope my blog is useful for you :)
RSS

Sabtu, 01 September 2012

Cerpen Karya Sarah


PEMULUNG DAN SEORANG GADIS 

 
Hidup, begitu banyak yang harus kita perjuangkan untuk dapat bertahan hidup. Berbagai macam cara yang dilakukansetiap orang untuk memenuhi kebutuhannya agar mereka dapat bertahan hidup. Mungkin terdapat orang yang diberi keberuntungan dalam hidupnya, namun tak sedikit pula yang memiliki nasib kurang beruntung dalam hidupnya. Egar, ia adalah seorang remaja yang berbeda dari remaja seusianya. Mungkin ia tidak seberuntung dengan remaja seusianya yang hidup serba berkecukupan, yang ingin makan apa pun tinggal meminta saja, yang memiliki segala macam hiburan,dapat bersekolah sampai dengan pendidikan tertinggi, meminta sesuatu dengan mudah kepada orang tuanya tanpa harus mengeluarkan tenaga untuk berusaha mendapatkan apa yang mereka inginkan dan tanpa memikirkan harga serta kegunaannya. Tetapi justru Egar tidak pernah merasakan hal yang demikian itu.

Egar hanyalah seorang remaja pekerja keras yang hidup di tengah tengah gundukan sampah, tinggal pada sebuah rumah yang hanya terbuat dari susunan kardus kardus. Ia hidup dengan kedua orang tuanya dan tiga adiknya yang berusia delapan tahun, enam tahun, dan lima tahun. Ayah Egar bekerja sebagai sopir angkutan umum dan terkadang juga membantu pekerja yang sedang membangun atau memperbaiki sebuah bangunan, sedangkan Ibunya bekerja mencari barang yang sudah tidak terpakai yang tentunya masih dapat dimanfaatkan yang kemudian dijual dan hasilnya tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sehari hari, Egar bekerja membantu ibunya mencaribarang barang yang sudah tidak terpakai serta masih dapat dimanfaatkan yang berserakan di pinggir jalan, di lingkungan sekitar sekolah sekolah, di komplek perumahan yang terbilang elit, dan di tempat yang ramai dengan orang orang berlalu lalang. Walaupun penghasilan yang diperoleh dari hasil memungut sampah itu tidak mencapai nilai puluhan ribu, tetapi mereka bersyukur karena kebutuhan sehari hari mereka masih dapat terpenuhi walaupun terkadang mereka harus menahan lapar selama beberapa hari.

 Mulai dari sebelum matahari terbit, Egar sudah terbangun dari tempat tidurnya yang beralaskan koran, lalu mempersiapkan segala kebutuhan untuk dibawa bekerja.Walaupun udara yang terasa sangatlah dingin, tetapi ia tetap bergegas memulai bekerja. Ia berjalan menelusuri daerah dimana sekiranya terdapat barang yang sudah tidak terpakai dan masih dapat dimanfaatkan, biasanya ia memulai mencari di daerah yang ia lewati terlebih dahulu. Dan ketika matahari sudah mulai bergerak menuju posisi tepat sejajar dengan atas kepalanya, ia pun mencari di pinggir jalan, lingkungan sekitar sekolahan, kemudian di komplek perumahan, dan di tempat yang ramai dilalui oleh orang orang yang seolah tak peduli dengan keberadaannya dan pekerjaannya yang sedang ia lakukan. Sering kali Egar berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri
Mengapa kehidupan yang Tuhan berikan kepadaku tidak seperti yang Tuhan berikan kepada orang yang lain ? Bukannya tidak adil jika mereka dapat menikmati hidupnya tanpa ada beban sedangkan aku setiap hari harus bekerja keras demi bertahan hidup?
Suatu hari tepatnya saat sinar matahari sedang begitu teriknya, Egar memutuskan untuk duduk di bawah pohon yang sangat rindang di salah satu sudut kota untuk mengistirahatkan dirinya sejenak, menghilangkan rasa lelah dan menahan rasa lapar yang ia rasakan. Tiba tiba Egar melihat seorang gadis yang berpakaian modis dan berusia kira kira sekitar delapan belas tahun. Gadis itu terlihat seperti sedang bersedih dengan tatapannya yang kosong. Dengan rasa ragu Egar menghampiri gadis tersebut dan bertanya
Maaf, saya lihat dari tadi kau hanya diam saja, mengapa?
Oh tidak apa apa, aku hanya sedang memikirkan sesuatu saja. Jawabnya dengan rasa sedikit terkejut melihat Egar yang berada di sebelahnya dengan pakaian yang kusam.
Memang apa yang sedang kau pikirkan? Tanya Egar.
Sebenarnya keluargaku sedang menghadapi masalah, dahulu saat kondisi ekonomi keluargaku sedang berada di posisi atas, keluargaku terlalu menghambur hamburkan harta tersebut sampai pada suatu saat mereka pun menyadari bahwa kondisi ekonomi keluarga menurun drastis, dan kemudian kedua orang tuaku saling menyalahkan, hingga pada saat sekarang ini mereka memutuskan untuk bercerai. Jawab gadis itu dengan raut wajah yang serba salah karena tidak ingin terlihat sedang bersedih dihadapan Egar yang baru saja dikenalnya.
Kamu sabar saja ya, dibalik semua itu pasti Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik untuk keluargamu. Jawab Egar sekenanya.
Iya, terima kasih. Aku harap apa yang kamu katakan itu memang benar.
Sepertinya aku harus kembali bekerja sebelum hujan mulai turun. Ucap Egar sambil melihat langit yang sudah mendung.
Baiklah, semoga suatu saat kau mendapat balasan dari hasil kerja kerasmu.
Gadis itu tersenyum serta terharu melihat Egar yang sedang mengambil karung berisikan barang barang yang diambilnya hari itu dan langsung bergegas pergi. Disepanjang jalan pulang yang Egar lewati, ia punteringat pada cerita seorang gadis yang ia temui beberapa saat lalu mengenai kondisi keluarga gadis tersebut. Gadis itu pun membuat Egar tersadar bahwa harta atau kondisi ekonomi dikalangan atas itu tidak selamanya membawa kebahagiaan, walaupun dalam hal kondisi ekonomi Egar tidak seberuntung gadis yang ditemuinya tadi, tetapi setidaknya keluarganya tidak pernah mengalami kejadian seperti yang dialami keluarga gadis tersebut. Dan Egar pun sekarang paham bahwa sebenarnya Tuhan itu sudah mempersiapkan sesuatu yang terbaik dan bersikap adil terhadap makhluk ciptaanNya.

Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar